Kamis, 13 November 2014

ZUMKOSANUZ KENANGAN



Bayu membelai mesra,
Mulus, halus mengelus indera.
  Ketika itu cerita hadir, tegak tertegun menatap pucuk-pucuk akasia yang menjulang.  Dahannya yang bergoyang lemah, saling bersentuhan dengan ranting, membuat nyanyian alam suci dan murni.  Menembangkan melodi kehidupan.  Melodi di pagi hari yang kini beranjak menjelang petang.  Yang akan bersemi di keesokan hari dengan benih yang baru, bersama benih yang baru pula.

      Dan cerita pun tersenyum.

     Dengan masih memandang akasia itu, sejenak kemudian matanya beralih, deretan lokal-lokal belajar menjadi lintasan senyumnya.

     Yeaaah,

  Dia berkata, “Akasia itu jadi saksi, betapa kisah telah terangkai. Telah terekam erat menjadi satu album perdana dan terakhir. Album Remaja.  Yang syahdu, haru, indah dan duka.  Dan yang membangunkan senyum tersendiri bila ditembangkan di tengah siang kehidupan atau pada petang usia yang telah menutup wangi bunga."

     Cerita meremas tangannya.  Terasa dadanya bergejolak merasakan getaran lain. Haru.  Halaman dibalik.  Keadaan membelai-belai memori lalu yang telah berganti dan Maneger Batra melintas di pelupuk matanya.  “Selamat berpisah, sekolahku …” Bibirnya membisik lembut."

    Dalam langkahnya, dia berhenti pada sebuah ruang belajar yang di atas pintunya bertuliskan :  Tiga Sosial.  Dulu …, lokal itu ramai oleh dirinya dan teman-temannya.  Sebuah tempat yang menjadi markas belajar, menempa segala macam ilmu dan munculnya segala macam ide, serta pos kenakalan.  Lengkap di sana.  Cita dan cinta serta merana bukan barang aneh di sana.

   Menoleh ke sebuah bangku, ingat dia dengan Iwan, Addien, Heru, Zoel dan Ujang yang suka membasahi bibir dengan lagu-lagu dangdut.  Lagunya orang-orang yang lahir di tangan dukun kampung. Orang-orang yang sederhana.  Mereka tidak perduli itu.  Toh, guitar tetap berdenting nyaring,  bangku hingga reyot digendangi. Hingga, tak jarang Bapak Kepala Sekolah mencak-mencak.  Apalagi Pak Rahman Penjaga Sekolah?   Bah,  Amin, Herman, Hasbi, Yanto, Arman, Kifli ….  Mereka paling doyan berjingkrak-jingkrak hingga lupa diri.  Kemudian membuat para cewek memble, kesal.  Nita, Ririn, Elidah, Ani.  Mereka sering marah, keki dan muak.  Tapi apa mau dikata?  Itulah mereka saat itu.  Mereka-mereka yang bertingkah, tapi mereka-mereka juga yang kompak.  Mereka-mereka yang dipelototi, tapi mereka juga yang disayangi. Aach!

     Kepada mu, Kepala Sekolah, Dewan Guru dan Karyawan serta teman-teman dan adik-adik ….  Saat-saat bersama semasa itu memang indah sekali.  Terindah mungkin.  Apalagi bila dikenang saat ini.  Lembaran termanis dari nostalgia adalah memori di SMA, kata Uwak Obbie Messakh. Canda-ria, tawa-rini.  Gelak-gelok dan ehem-ehum bersatu menjadi senyuman kita sekarang.

     Kini kita telah berpisah.  Telah jauh dan kian menjauh.  Telah menapakkan kaki demi kelanjutan cita-cita dan tujuan masing-masing.  Entah dimana kini kau berada?  Sekolah ditinggalkan dan tangan pundilambaikan.  Sekolah yang menyimpan siratan dan suratan serta surat kenangan yang sarat akan bayangan.

  Perpisahan yang hadir pada akhir pertemuan perih menorah dalam jiwa.  Kristal air mata lugu menggenang tanpa terasa.  Haru menyesak dada.  Jumpa telah berakhir.  Tanpa diminta dan tanpa bisa dicegah dia pasti datang.  Menjemput dan menarik kepada persimpangan jalan.  Antara keraguan dan harapan. Antara sedih dan bahagia ….

     Hanyalah kenangan yang akan tinggal dan dibawa,  dan akan menemani setiap langkah cita-cita dan kerinduan.

     Sayonara,

     Selamat tinggal ….

   Tiada lagi wajah-wajah kami yang suka bikin ribut, yang nakal, yang suka menggoda dan yang kurang ajar. Maafkanlah kami,  itulah kami yang rindu pada irama hidup,  yang masih mencari idola, yang masih bingung pada realita.

   Terima kasih,  kalian lepas kami dengan senyum ikhlas.  Walau ada air mata, namun itu air mata yang menyejukkan.  Keharuan yang terbersit dalam dada kami dan hati kami yang tersedak menandakan cinta kami.  Hati kami pun berat,  tapi bagaimana pun kami harus pergi. Untuk kami ….



     Selamat tinggal ….

     Dari kami, atas nama kelas tiga



     Zuhiruddin      :    Kepala RT Tiga Sosial

     Kariono            :    Kepala RT Tiga Syari’ah

     Nurokhman    :    Mantan Ketua OSIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar